1. METODE SAMPLING
POPULASI merupakan sekumpulan
obyek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum
yang sama. Sekumpulan obyek, orang, atau keadaan yang menjadi perhatian
peneliti dan akan digunakan oleh peneliti untuk menggeneralisasikan hasil penelitiannya.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
SAMPEL merupakan sebagian
dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan
karakteristik populasinya. Dalam analisis data, anggota sampel disebut juga
unit analisis atau satuan analisis
SAMPLING (Teknik Pengambilan
Sampel)
- Menunjuk pada proses pemilihan individu-individu dari sebuah populasi yang akan dijadikan sebagai sampel yang akan berpartisipasi di dalam penelitian tersebut (Fraenkel, 1990:84).
- Suatu teknik atau cara dalam mengambil sampel yang representatif dari populasi.
Kenapa dilakukan Sampling???
· Ukuran populasi
· Faktor biaya
· Faktor waktu
· Percobaan yang sifatnya merusak/mengganggu
· Faktor ekonomis
· Faktor kecermatan penelitian
v Ukuran populasi
- Apabila populasi itu tak terhingga (tidak diketahui) maka peneliti tidak mungkin melakukan sensus terhadapnya, karena itu harus dilakukan sampling.
- Atau sekalipun ukuran populasi itu terhingga (dapat diketahui), namun apabila jumlahnya terlalu banyak, maka tidak mungkin dilakukan sensus, sehingga untuk mengetahui karakteristik populasi harus dilakukan sampling.
- Misalnya untuk populasi terhingga, ambilah populasi 5 miliyard obyek. Bagaimana mencatat segala karakteristik ke-5 milyard obyek? Bagaimana menganalisis data sebanyak itu?
- Dalam kondisi yang demikian, peneliti lebih memerlukan sampling dari pada sensus.
v Faktor Biaya
- Biaya yang diperlukan dalam suatu penelitian, bukan hanya untuk pengumpulan data saja, tetapi juga untuk analisis, diskusi, perhitunganperhitungan dan transportasi.
- Makin banyak obyek yang diteliti makin banyak pula biaya yang diperlukan.
- Salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan biaya adalah melalui sampling
v Faktor Waktu
- Sensus memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan sampling.
- Dengan demikian sampling dapat memberikan data lebih cepat, terutama apabila peneliti menghendaki kesimpulan yang segera.
- Menganalisis data hasil sampling selain dapat menghemat biaya, juga dapat menghemat waktu karena dapat dilakukan dalam tempo yang singkat.
v Percobaan yg sifatnya merusak/ mengganggu
- Misalnya, melakukan penelitian terhadap keadaan darah seorang pasien, mungkinkah semua darah pasien dikeluarkan dari tubuhnya untuk diperiksa? Untuk ini jelas sampling harus dilakukan.
v Faktor ekonomis
- Apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu, dan tenaga yang telah dikeluarkan atau tidak.
- Jika tidak, mengapa harus dilakukan sensus.
- Melalui sampling, di samping dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga, juga dapat mengoptimalkan kecermatan peneliti dalam melakukan proses penelitian.
v Faktor Kecermatan Penelitian
- Ketelitian dalam pengumpulan data, pencatatan, dan penganalisisannya sangat berpengaruh terhadap pembuatan kesimpulan yang akan dipertanggungjawabkan.
- Makin banyak obyek yang diteliti makin memberikan peluang untuk terjadinya ketidakcermatan penelitian baik yang menyangkut pengumpulan, pengolahan, maupun analisis data.
- Ketidakcermatan ini akan menimbulkan kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan.
- Dengan sampling ketidakcermatan ini dapat dikurangi karena peneliti akan bekerja dalam lingkup yang lebih terbatas yang dapat dia kendalikan.
Berikut ini ada 5 kegunaan
Sampling, yaitu:
Ø Mengehemat biaya
Ø Mempercepat pelakanaan penelitian
Ø Menghemat tenaga
Ø Memperluas ruang lingkup penelitian
Ø Memperoleh hasil yang lebih akurat
Terdapat 7 prosedur
pengambilan sampel, yaitu:
1. Menentukan tujuan penelitian
2. Menentukan populasi penelitian
3. Menentukan jenis data yang diperlukan
4. Menentukan teknik sampling
5. Menentukan besarnya sampel (sample size)
6. Menentukan unit sampel yang diperlukan
7. Memilih sampel
Jenis sampling dibagi menjadi
dua yaitu Probabilitas dan Non Probabilitas.
a) PROBABILITAS
Ø SIMPLE RANDOM SAMPLING
Ø SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING
Ø STRATIFIED RANDOM SAMPLING
Ø CLUSTER RANDOM SAMPLING
Ø MULTISTAGE RANDOM SAMPLING SAMPLING
b) NON PROBABILITAS
Ø SYSTEMATIC SAMPLING
Ø QUOTA SAMPLING
Ø INCIDENTAL SAMPLING
Ø PURPOSIVE SAMPLING
Ø SAMPLING JENUH
Ø SNOWBALL SAMPLING
Probability sampling
merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yg sama kepada
seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Ukuran populasi
dimana sampel diambil hars diketahui. Setiap anggota populasi harus mempuyai
kesempatan yang sama utk menjadi sampel.
1. Simple Random Sampling
Pengambilan sampel secara
acak sederhana dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa meemperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Dilakukan jika populasinya homogen
Dengan cara undian:
a. Semua anggota populasi
diberi nomor urut atau kode
b. Kode tersebut ditulis
dalam kertas kecil, digulung, dan dimasukan ke dalam sebuah kotak/tempa
c. Keluarkan satu persatu
sebanyak jumlah sampel yang dibutuhkan.
Dengan menggunakan tabel
bilangan random:
a. Semua anggota populasi
diberi nomor urut
b. Tentukan jumlah sampel
yang akan diambil
c. Pilih nomor-nomor yang
sesuai dengan bilangan yang terdapat dalam daftar bilangan random yang akan
digunakan
Keuntungan menggunakan teknik
ini peneliti tidak membutuhkan pengetahuan tentang populasi sebelumnya, bebas
dari kesalahan klasifikasi yang memungkinkan dapat terjadi; dan dengan mudah
data di analisis serta kesalahankesalahan dapat dihitung.
Kelemahan dalam teknik ini
peneliti tidak dapat memanfaatkan pengetahuan yang dipunyainya tentang populasi
dan tingkat kesalahan dalam menentukan ukuran sampel lebih besar.
2. Sytematic Random Sampling
Jika jumlah populasi sangat
banyak dan homogen dan jumlah sampel yang diambil juga banyak. Metode
pengambilan sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu antar
sampel yang terpilih
a. Linear Systematic Sampling
Prosedur:
1).Urutkan elemen populasi
pada sampling frame
2).Hitung interval (I) = N/n
(N = banyaknya anggota populasi, n = banyaknyasampel)
3).Pilih random start (dari
Tabel Angka Random) dengan nilai 1 s.d I (misalkan i)
4). Sampelnya adalah
elemen ke-(i + kI), (k = 0, 1, …, (n-1))
Sampel 1 adalah no. urut ke-i
2 adalah no. urut ke-(i + I)
3 adalah no. urut ke-(i + 2I)
…
Sampel n adalah no. urut
ke-(i + (n-1)I)
b. Circular Systematic Sampling
Prosedur:
1). Urutkan elemen populasi
pada sampling frame
2). Hitung interval (I) = N/n
(N = banyaknya anggota populasi, n = banyaknya sampel)
3). Pilih random start (dari
Tabel Angka Random) dengan nilai 1 s.d I (misalkan j)
4). Sampelnya
adalah elemen ke-(j + kI), (k = 0, 1, …, (n-1))
5). Bila j + kI > N, maka
sampelnya no. urut ke-(j + kI) – N
3. Stratified Random Sampling
Jika kondisi populasi
mengandung sejumlah katagori yang berbeda, maka kerangka sampel dapat
diorganisasikan dengan menggunakan katagori ini ke dalam strata yang terpisah.
Sampel kemudian dipilih masing-masing stratum secara terpisah untuk membuat
stratum berstrata.
Ada dua alasan dalam
meggunakan metode ini ialah:
- Untuk meyakinkan bahwa kelompok-kelompok khusus dalam suatu populasi secara memadai diwakili dalam sampel dan
- Untuk memperbaiki efisiensi dengan memperoleh kontrol yang lebih besar dalam komposisi sampel.
a. Proportionate Stratified Random Sampling
- pengambilan sampel stratifikasi dengan mempertimbangkan proporsi atau persentase sampel dari setiap stratum
- agar perimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai, maka dalam teknik ini sering pula dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata.
- pelaksanaan pengambilan sampel dengan teknik ini mulamula peneliti menetapkan unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada karakteristik umum dari anggota populasi yang berbeda-beda.
- setiap unit yang mempunyai karakteristik umum yang sama, dikelompokkan pada satu strata, kemudian dari masingmasing strata diambil masing2 strata yang mewakilinya
b. Disproportionate Stratified Random Sampling
- Dilakukan apabila proporsi atau persentase sampel pada setiap stratum tidak mempertimbangkan perbandingan antara stratum yang satu dengan yang lainnya.
- Artinya dari setiap stratum diambil jumlah sampel yang sama dengan formula n/k : di mana n (banyak sampel yang dikehendaki), dan k (banyak stratum dalam komposisi populasi).
4. Cluster Sampling
Pengambilan Sampel Acak scra
Kelompok atau gugus. Teknik sampling cluster digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang akan ditehti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari
suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan
dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang
telah ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya
akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara
random. Karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka
pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Propinsi di
Indonesia ada pendudukanya padat, ada yang tidak; ada yang mempunyai hutan
banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Teknik sampling
daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan
sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah
itu secara sampling juga. Jika yang menjadi unit sampling merupakan daerah
atau wilayah geografis, seperti: provinsi, kota, kabupaten dst, maka teknik
sampling ini disebut area random sampling. Misalnya, akan mengumpulkan data
dari setiap keluarga tentang biaya hidup perbulan. Keluarga mana yang harus diambil
jika penelitian itu dilakukan terhadap kabupaten tertentu, Untuk menentukan sampel
keluarga, maka peneliti harus menmpuh langkah- langkah:
1. menentukan kecamatan sampel
2. Menentukan desa sampel
dari kecamatan sampel
3. Menentukan keluarga sampel.
5. Multistage Sampling
Pengambilan Sampel secara
Gugus Bertahap. Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan
tingkat wilayah secara bertahap. Dilaksanakam bila populasi terdiri dari
macam-macam tingkat wilayah.
Proses pengambilan sampel
secara multistage random sampling:
a. Tentukan area populasi
berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi, Kabupaten, Kecamatan atau
Kelurahan atau Karakter lainnya (pedesaan-perkotaan, pantai-pegunungan dsb)
b. Dari area populasi
tersebut diambil sampel gugus di bawahnya (misalnya apabila area populasinya
provinsi maka area gugus di bawahnya kabupaten)
c. Dari area gugus tersebut
diambil area gugus yang dibawahnya lagi (misalnya kalau area gugus diatasnya
kabupaten, maka area gugus dibawahnya adalah kecamatan) dan seterusnya.
d. Akhirnya semua anggota
populasi dari gugus yang paling kecil (bawah) misalnya RT, diambil sebagai
sampel.
Nonprobability Sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dpt
diperhitungkan, tetapi sematamata, hanya berdasarkan pada segi kepraktisan.
1. Systematic Sampling
Sampling Sistematis adalah
teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah
diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari
semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima, untuk
ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan
seterusnya sampai 100.
2. Quota Sampling
Sampling Kuota adalah teknik
untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik penarikan sampel kuota (quota sampling)
merupakan teknik penarikan sampel yang sejenis dengan menggunakan teknik
penarikan sampel stratifikasi. Perbedaanya adalah ketika menarik anggota sampel
dari masing-massing lapisan, peneliti tidak menggunakan secara acak tetapi
menggunakan cara kemudahan (accidental). Contoh, akan melakukan penelitian
tentang pendapat masyarakat terrhadap pelayanan RS. Medika Utama , Jumlah
sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada
500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belurn
memenuhi kouta yang ditentukan.
3. Insidental/ Aksidental Sampling
Teknik penarikan sampel
aksidental ini didasarkan pada kemudahan (Convenience). Sampel dapat terpilih
karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat. Teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Sampel ini digunakan jika
peneliti sulit untuk menemukan subyek yang akan diteliti
4. Purposive Sampling
Sampling Purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik penarikan sampel
purposive ini disebut juga judgmental sampling yang digunakan dengan menentukan
criteria khusus terhadap sampel, terutama orang-orang yang dianggap ahli.
Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau
penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Teknik ini digunakan
terutama apabila hanya ada sedikit orang yang mempunyai keahlian (expertise) di
bidang yang sedang diteliti.
5. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel
6. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah
teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Teknik
sampel bola salju (Snowball Sampling) digunakan jika peneliti tidak memiliki
informasi tentang anggota populasi. Peneliti hanya memiliki satu nama populasi.
Dari nama ini peneliti akan memperoleh nama-nama lainnya. Teknik ini biasanya
digunakan jika peneliti meneliti kasus yang sensitive atau rahasia. Misalnya
tentang jaringan peredaran narkoba. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sebelumnya Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian
kualitatif banyak menggunakan sampling purposif dan snowball sampling.
2. KONSEP DASAR SAMPLING
Pelaksanaan penelitian selalu
berhadapan dengan objek yang diteliti atau yang diselidiki. Objek tersebut
dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, dsb. Dalam melakukan
penelitian, kadang-kadang penelitiannya melakukannya terhadap seluruh objek
(sensus), tetapi sering juga peneliti hanya mengambil sebagian saja dari
seluruh objek tsb (survey). Meskipun penelitian hanya mengambil sebagian dari
seluruh objek yang diteliti, tetapi hasilnya dapat mewakili atau mencakup
seluruh objek yang diteliti.
Keseluruhan objek penelitian
atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian atau universe.
Sedangkan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi ini disebut “sampel penelitian”. Dalam
mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik – teknik tertentu,
sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik ini biasa
disebut “teknik sampling”. Dalam penelitian survey, teknik sampling ini sangat
penting dan perlu diperhatikan mask – masak. Sebab teknik pengambilan sampel
tang baik akan mempengaruhi validitas hasil penelitian tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar