Pages

Kamis, 20 November 2014

Tugas 2 Bahasa Indonesia: Tataran Ilmiah, Tataran Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah


Soal: 
Carilah wacana yang membedakan pemanfaatan Bahasa Indonesia pada tataran ilmiah, semi ilmiah, dan non ilmiah. uploadlah dalam 1 judul (tugas 2)!

Jawaban:
Tataran Ilmiah adalah sebuah karya tulis yang dihasilkan dari suatu penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh penulis guna mendapatkan fakta atau hasil yang konkrit untuk kemudian dapat dipublikasi sebagai informasi. Susunan penulisan yang terstrktur, dimulai dari pendahuluan hingga penutup. Terdapat etika penulisan, yaitu pemilihan kalimat, struktur kata yang baku dan formal.  
Tataran Semi Ilmiah adalah penulisan yang tidak menggunakan struktur penulisan seformal karya ilmiah, dimana terdapat BAB pembuka, BAB penutup, latar belakang serta kerangka teori. Dalam penulisan semi ilmiah tidak selalu bersifat fakta, tetapi penulisan semi ilmiah juga bisa digunakan dalam penulisan cerita fiksi, karena pada dasar nya opini-opini atau argumen sementara dapat diterima dalam penuisan semi ilmiah selama menggunakan bahasa formal atau sopan dan dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya.
Tataran Non Ilmiah (Fiksi) adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri karangan nonilmiah:
a. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif, 
g. situasi didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.

Tataran Non Ilmiah
(Cerpen) Nikmatnya Sedekah

            Hari itu tepatnya hari Rabu, seperti biasa aku bergegas menuju kampus dengan mengendarai sepeda motor. Karena hari sudah siang, aku memacu sepeda motorku dengan kencang karena jarak rumah ke kampus sekitar 28 km.
Nampak satu per satu pengendara berebut menjadi pemenang bagaikan pertandingan balap yang diadakan di arena. Terlihat saling angkuh antara pengendara satu dengan pengendara lainnya seperti tak ingin kalah begitu pula aku.
Tak lama kemudian aku pun sampai di kampus yang tak begitu besar, suasana masih sunyi hanya terlihat beberapa mahasiswa mulai memasuki ruang kelasnya. Waktu menunjukan pukul 07.55 dimana perkuliahan akan segera dimulai. Aku duduk di dalam ruang kelas sembari memainkan handphone kesayanganku menunggu perkuliahan dimulai.
“Tet… tet… tet..” suara bel yang terkesan seperti suara bel anak taman kanak-kanak terdengar nyaring di telingaku pertanda perkuliahan akan segera dimulai.
Seperti biasa sebelum perkuliahan dimulai, selalu ada sesi motivasi dari dosen. Hal itu merupakan bagian dari aturan di kampusku dengan durasi maksimal 15 menit.
“selamat pagi semuanya” sapa Pak Widi dosen mata kuliah Enterpreneur memulai perkuliahan hari ini.
“selamat pagi” sahut mahasiswa lain berbarengan. Mereka sangat bersemangat apabila mengikuti mata kuliah Entrepreneur yang diajarkan beliau, karena selain orangnya asik beliau juga selalu memberi masukan-masukan yang maknanya dalam.
“motivasi dari saya hari ini adalah tentang arti bersedekah. Semua tahu arti sedekah? ada yang rutin bersedekah di kelas ini?” Tanya beliau sebelum memulai motivasi.
“tahu, tapi nggak sering ngelakuinnya pak” jawab beberapa mahasiswa dengan jujur.
Beliau berdiri menulis sesuatu di whiteboard, hal ini membuat kami penasaran dan mencoba membaca apa yang beliau tulis. “mari bersedekah” dua kata yang beliau tulis di whiteboard mampu membuat kamu semakin tak mengerti dengan alur cerita motivasi pagi itu.
“baiklah. Perlu kalian ketahui untuk menjadi pengusaha yang sukses, kita harus mengikuti ajaran dari agama kita dengan benar apalagi semua yang ada di kelas ini mengaku beragama islam. Salah satu ajarannya adalah bersedekah. Pengusaha yang ingin kesuksesannya langgeng maka salah satu kuncinya adalah bersedekah. Karena apa? Allah swt telah memerintahkan kita melalui Al Quran salah satunya surat Al Ma’un dimana kita harus berbagi rejeki dengan anak yatim dan fakir miskin. Disini saya akan menceritakan pengalaman nyata betapa besarnya dampak dari kita bersedekah. Dulu waktu saya masih berada pada posisi di bawah dengan keadaan ekonomi yang cukup sulit, saya merelakan semua uang gaji bulan itu untuk bersedekah seraya berdoa semoga allah memberikan kemudahan rejeki dengan berlipat ganda. Satu dua minggu saya masih seperti biasa dan hidup tanpa uang gaji satu bulan, tapi di minggu ketiga tanpa sengaja ada orang menawari saya sebuah pekerjaan dengan nominal yang cukup tinggi waktu itu hampir berkisar 350 juta. Sejak saat itu saya rutin bersedekah dan alhamdulilah sampai saat ini saya tak pernah merasa kesulitan masalah ekonomi dan uang selalu datang menghampiri saya dengan jalan yang bervariasi. Jadi kesimpulannya dengan bersedekah, rejeki kita akan bertambah dan dilapangkan jalannya dan saya berharap mulai saat ini kalian bisa menyisihkan uang jajan atau uang hasil jualan untuk bersedekah di jalan yang benar bukan untuk hura-hura membeli kemaksiatan” paparnya kepada mahasiswa.
Salah satu mahasiswa mengajukan pertanyaan sebelum sesi motivasi ditutup. “Pak, sebaiknya bersedekah itu ke siapa? kalo ke pengamen jalanan termasuk sedekah bukan?”
“bersedekah pastinya yang utama ke orang yang membutuhkan. Kalo saya pribadi lebih memilih bukan ke pengamen karena mereka menjual suaranya untuk mendapatkan uang sedangkan kalo kita bersedekah ke seseorang bukannya kita tidak mendapatkan apa-apa dari mereka. Lebih baik saran saya kalo tidak ke pengemis ya… lebih baik ke panti asuhan atau ke pondok pesantren yang menggratiskan santrinya untuk menempuh pendidikan”
“lh… kenapa bisa begitu Pak? Jadi kalo kita ngasih ke pengamen bukan dihitung sedekah?” Tanya mahasiswa lain penuh rasa keingintahuan.
“ya menurut saya mereka menjual suara dan kita membeli suara mereka, jadi ada yang diperjual belikan. Dan saya cenderung mengajak kalian bersedekah ke panti asuhan dan pondok pesantren yang saya maksudkan tadi karena uang yang kita berikan bisa bermanfaat untuknya. Pertama keduanya mendidik anak bangsa untuk meraih cita-citanya yang kelak mereka bisa berguna dalam membangun bangsa ini” Mendengar penuturan yang panjang lebar, semua mahasiswa terdiam sejenak meresapi nasehat dan penjelasan dosen kesayangannya hari itu.
Hari berikutnya, aku dan beberapa temanku sebut saja Isna, Aulia dan Husnul mulai mengikuti nasehat pak dosen meski yang kami sedekahkan hanya sebagian kecil dari uang saku atau uang hasil berdagang.
Kami memulai kegiatan ini dengan rutin tiap minggunya baik ke pengemis maupun orang yang membutuhkan. Sungguh diluar dugaan, sejak kami rajin melakukan kegiatan bersedekah tersebut, nikmatnya mulai terasa di antaranya kami tidak pernah lagi merasa kesulitan dalam hal rejeki karena selalu saja ada jalan atau pemberian yang tak terduga dari orang di sekitar, selain itu bisnis kecil yang aku dan Isna jalankan mulai memberikan hasil dengan ramai serta selalu ada pembeli tanpa mengalami kerugian-kerugian bisnis seperti sebelum-sebelumnya sebelum mengenal arti sedekah yang sesungguhnya.
“petuah dosen kita benar adanya, hidup dengan cara agama yang benar dan dilakukan dengan hati yang ikhlas ternyata mampu mengubah hal-hal di luar logika seorang manusia terbukti dengan hal-hal indah yang tak terduga mengiringi perjalanan hidup kita” kataku membuka pembicaraan di tempat kami biasa nongkrong yakni di dekat ruko tak berpenghuni yang letaknya tak jauh dari kampus.
 “setuju, dan itu semua terbukti pada diri kita saat ini. Bersedekah ternyata membuat hidup kita semakin nikmat dan lebih bahagia lahir maupun batin” Aulia ikut angkat bicara. Dia menatap ketiga wajah teman-temannya dengan penuh senyum kebahagiaan. Isna bangkit dari tempatnya menyendiri. “iya, benar ternyata rahasia di balik kesuksesan beberapa pebisnis yang langgeng mereka selalu rutin menyedekahkan keuntungannya bukan memakan semuanya”
“nah kalo begitu, kita harus berkomitmen untuk menyedekahkan sebagian harta yang kita miliki karena sebagian harta yang kita punya ada hak orang miskin betul?” “betul… betul… betul…” serempak kami menjawab pertanyaan Husnul seraya tertawa lepas. Semenjak saat itu pun kami berkomitmen untuk menjalankan aktivitas ibadah sebagaimana perintah Allah SWT..

Sumber: 
http://yolandavanny.blogspot.com/2013/11/perbedaan-penulisan-tataran-ilmiah-semi.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar